Rambut, bagi perempuan, adalah mahkota. Akan terasa seperti sayur tanpa
garam, bila penampilan badaniah sudah sempurna, tetapi tidak didukung
oleh tata rambut yang apik pula. Karena itu, harap maklum bila kaum hawa
begitu menjaga keindahan dan kesehatan harta yang satu ini. Berbagai
perawatan dan gaya rambut kerap kali mereka coba, untuk menghasilkan
tampilan yang memukau.
Namun, bagaimana bila kondisi sedang tidak
memungkinkan, sedangkan penampilan rambut harus terus dijaga? Gampang!
Bukankah sekarang ada wig. Dalam kehidupan sehari-hari di zaman
semoderen ini, wig sudah menjadi salah satu sarana kecantikan yang tidak
cuma ditujukan bagi wanita, tetapi juga bagi kaum adam.
Wig
juga berfungsi sebagai salah satu penanda gaya hidup masa kini. Tengok
saja, para artis kita yang bergonta-ganti wig dalam setiap penampilan
mereka. Padahal, dulu, wig, di Jawa khususnya, hanya diwujudkan dalam
bentuk sanggul atau konde yang biasanya dipakai dalam
perhelatan-perhelatan tertentu. Kini, wig dapat dijumpai dalam aneka
ragam bentuk, model, dan warna. Bukan cuma itu, saat ini wig juga
dipakai oleh berbagai kalangan dan untuk berbagai kepentingan. Karena,
semua orang ingin tampil cantik, bukan?
Kebutuhan akan produk
hair accessories ini hingga tahap langka di kota-kota kecil, seperti
Pasuruan, segera ditangkap dengan manis oleh Pudjo Sakti. Lalu, ia
mendirikan sentra industri sanggul dan wig “Dewi Sri”
di area seluas 1.500 m² di Desa Glagahsari, Kecamatan Sukorejo,
Pasuruan, Jawa Timur, pada 1983. “Saya menilai ‘bisnis’ ini sangat
prospektif karena masih sangat sedikit pesaingnya. Meski di Pasuruan
kurang signifikan, tapi untuk tingkat nasional, khususnya di Jawa dan
Bali, cukup berarti,” kata Pudjo, yang sudah memasarkan produknya dengan
skala nasional dalam rangka ekspor.
Untuk membangun Dewi Sri ini, ia menanamkan modal awal sebesar Rp 500
ribu yang ia gunakan untuk membiayai pembelian bahan baku. Dalam
perkembangannya,Dewi Sri menghasilkan 1.200 sanggul/minggu dan 50
wig/bulan, dengan 200 model sanggul dan 50 model wig.
Dewi Sri
“Produk-produk ini saya tawarkan dengan harga Rp5 ribu hingga Rp250 ribu untuk sanggul dan Rp100 ribu sampai Rp500
ribu untuk wig. Untuk wig memang lebih mahal karena terkait dengan
tingkat kesulitan dalam pembuatannya dan banyaknya bahan baku atau
komponen produksi yang dipakai.
untuk membuat satu sanggul
dibutuhkan 100 gr rambut dan untuk satu wig diperlukan 120 gr rambut.
Padahal, harga potongan-potongan rambut yang diambil di sekitar Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta ini Rp4 ribu/kg untuk ukuran terpendek (5 sampai 9 inci) dan Rp500
ribu/kg untuk yang berukuran paling panjang (20 hingga 30 inci). Dari
penjualan produk yang digemari para istri pejabat pemerintah pusat dan
daerah, istri para petinggi TNI, serta para artis ibukota dan lokal di
dua tokonya yang terletak di Pasuruan dan Semarang, di samping pembelian
baik secara langsung, melalui pemesanan, atau pengiriman maupun secara
tunai atau kredit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar