Senin, 05 November 2012

Sanggul Dewi Sri

Rambut, bagi perempuan, adalah mahkota. Akan terasa seperti sayur tanpa garam, bila penampilan badaniah sudah sempurna, tetapi tidak didukung oleh tata rambut yang apik pula. Karena itu, harap maklum bila kaum hawa begitu menjaga keindahan dan kesehatan harta yang satu ini. Berbagai perawatan dan gaya rambut kerap kali mereka coba, untuk menghasilkan tampilan yang memukau.
Namun, bagaimana bila kondisi sedang tidak memungkinkan, sedangkan penampilan rambut harus terus dijaga? Gampang! Bukankah sekarang ada wig. Dalam kehidupan sehari-hari di zaman semoderen ini, wig sudah menjadi salah satu sarana kecantikan yang tidak cuma ditujukan bagi wanita, tetapi juga bagi kaum adam.

Wig juga berfungsi sebagai salah satu penanda gaya hidup masa kini. Tengok saja, para artis kita yang bergonta-ganti wig dalam setiap penampilan mereka. Padahal, dulu, wig, di Jawa khususnya, hanya diwujudkan dalam bentuk sanggul atau konde yang biasanya dipakai dalam perhelatan-perhelatan tertentu. Kini, wig dapat dijumpai dalam aneka ragam bentuk, model, dan warna. Bukan cuma itu, saat ini wig juga dipakai oleh berbagai kalangan dan untuk berbagai kepentingan. Karena, semua orang ingin tampil cantik, bukan?

Kebutuhan akan produk hair accessories ini hingga tahap langka di kota-kota kecil, seperti Pasuruan, segera ditangkap dengan manis oleh Pudjo Sakti. Lalu, ia mendirikan sentra industri sanggul dan wig “Dewi Sri” di area seluas 1.500 m² di Desa Glagahsari, Kecamatan Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur, pada 1983. “Saya menilai ‘bisnis’ ini sangat prospektif karena masih sangat sedikit pesaingnya. Meski di Pasuruan kurang signifikan, tapi untuk tingkat nasional, khususnya di Jawa dan Bali, cukup berarti,” kata Pudjo, yang sudah memasarkan produknya dengan skala nasional dalam rangka ekspor.

Untuk membangun Dewi Sri ini, ia menanamkan modal awal sebesar Rp 500 ribu yang ia gunakan untuk membiayai pembelian bahan baku. Dalam perkembangannya,Dewi Sri menghasilkan 1.200 sanggul/minggu dan 50 wig/bulan, dengan 200 model sanggul dan 50 model wig.

Dewi Sri
“Produk-produk ini saya tawarkan dengan harga Rp5 ribu hingga Rp250 ribu untuk sanggul dan Rp100 ribu sampai Rp500 ribu untuk wig. Untuk wig memang lebih mahal karena terkait dengan tingkat kesulitan dalam pembuatannya dan banyaknya bahan baku atau komponen produksi yang dipakai.

untuk membuat satu sanggul dibutuhkan 100 gr rambut dan untuk satu wig diperlukan 120 gr rambut. Padahal, harga potongan-potongan rambut yang diambil di sekitar Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta ini Rp4 ribu/kg untuk ukuran terpendek (5 sampai 9 inci) dan Rp500 ribu/kg untuk yang berukuran paling panjang (20 hingga 30 inci). Dari penjualan produk yang digemari para istri pejabat pemerintah pusat dan daerah, istri para petinggi TNI, serta para artis ibukota dan lokal di dua tokonya yang terletak di Pasuruan dan Semarang, di samping pembelian baik secara langsung, melalui pemesanan, atau pengiriman maupun secara tunai atau kredit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar